Sejarah Desa Tejosari
Desa Tejosari pada awal mulanya berupa hutan belantara yang sangat angker. Pada suatu ketika datanglah seorang Pertapa sakti yang masih sangat muda tampan dan gagah tetapi arif dan bijaksana. Beliau dari kerabat Kerajan Mataram yang bertapa di atas Bukit Dusun Derpowangsan yang dibawahnya ada sebuah Mata air dan air terjun tempat tersebut oleh warga Desa Tejosari yang di sebut oleh warga Grenjengan dan di ketahui nama pertapa tersebut bernama Kyai Tejo Leksono pada suatu hari di atas bukit Grenjengan muncul sebuah cahaya memancar putih menjulang ke langit dan warga Dusun Derpowangsan mengabadikan peristiwa munculnya cahaya tersebut yang timbul bersamaan waktu adanya seorang pertapa Kyai Tejo Leksono, maka cahaya Tejo atau sinar yang timbul karena adanya seorang pertapa pada waktu itu oleh leluhur Desa Tejosari cahaya Tejosari atau sinar tersebut diabadiakan menjadi nama perkampungan yang menjadi nama Desa sekarang yaitu Desa Tejosari warga berharap suatu saat agar wilayah tesebut bisa menjadi daerah yang makmur dan berjaya laksana cahaya yang menjulang ke angkasa.
Pada zaman Pemerintahan Difinitif pernah di pimpin seorang Lurah pada masa penjajahan Belanda yang bernama Sowikromo pada tahun 1921 sampai tahun 1943. zaman pejajahan Jepang, Sowikromo adalah ayah dari Lurah yang ke II yang bernama Darjo Tarmin dari tahun 1944 sampai tahun 1963 selanjutnya di pimpin Kepala Desa Suroso dari tahun 1963 sampai tahun 1988 di lanjutkan Kepala Desa Sudarsono dari tahun 1989 sampai tahun 2007 (2 Periode) dan selanjutnya di pimpin Kepala Desa Surame Hadi Sutikno dari Tahun 2007 sampai sekarang. Pada abad modern seperti sekarang tokoh masyarakat bermusyawarah untuk merencanakan masa depan Desa Tejosari agar masyarakat warga Desa Tejosari dapat hidup makmur sejahtera seperti yang di cita citakan para leluhur Desa Tejosari.